Di dalam kitab tafsir fahrurrozi atau yang biasa dikenal sebagai kitab mafatih Al ghaib beliau menuliskan tentang adab-adab menuntut ilmu. Adab menuntut ilmu itu disarikan dari surat Al Kahfi ayat 66 yang berisi tentang kisah nabi Musa yang berguru kepada nabi Khidir.
Syarat menuntut ilmu yang pertama adalah mengabdi kepada guru. Di dalam surat Al Kahfi tersebut telah disebutkan bahwa Musa meminta izin kepada Nabi Khidir untuk berguru kepadanya.
Maka begitu lah kita sebagai seorang murid meminta izin atau mengikrarkan diri mengabdi dan menimba ilmu kepada Sang Guru.
Sebagai seorang murid yang menuntut ilmu kepada guru kita harus tawaduk dan tidak boleh angkuh sehingga di depan gurunya ia menempatkan dirinya di atas gurunya.
Sebagai seorang penuntut ilmu sudah seharusnya kita menjadi sebuah gelas kosong yang siap diisi dengan ilmu dari guru kita.
Tindakan tersebut akan membuat kita semakin mudah mendapatkan ilmu dan semakin banyak pula ilmu yang kita dapatkan.
Kita sebagai murid tidak boleh meminta sesuatu yang berlebihan kepada guru kita. Jika diibaratkan Kita ini seperti seorang parkir yang mengemis kepada orang kaya. Maka tidak mungkin kita meminta seluruh kekayaan dari orang yang kita minta.
Begitu pula sebagai penuntut ilmu kita tidak boleh meminta seluruh ilmu yang dimiliki oleh guru kita. Hal demikian sebagai adab kita kepada guru.
Jalan kisah Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir beliau menyampaikan dan meminta Nabi Khidir untuk mengajarkan ilmu yang telah didapat dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Dengan meyakini bahwa ilmu berasal dari Allah akan membuat guru kita lebih mudah dan maksimal dalam memberikan ilmu.
Pada hakekatnya menuntut ilmu bertujuan untuk terhindar dari kesesatan. Namun meskipun kita mempunyai ilmu belum tentu kita bisa menghapus kesesatan itu.
Maka di situlah kita perlu bimbingan seorang guru supaya segala apa yang kita lakukan terarah dan teratur.
Beri Komentar